It’s Cool To Be An Akhwat
Akhwat
bukanlah syahwat. Akhwat itu sebutan special buat shobat muslimah, TULEN.
Akhwat punya kepribadian, yang beda dari wanita lain yang bukan muslimah.
Akhwat itu nggak centil-centil amat, hanya kalo sedikit bakat kecentilan sih
kadang muncul juga. Nggak ganjen, nggak suka ngelaba, nggak suka lompat-lompat
di lapangan basket ‘n panggung yang bisa bikin mata kakek-kakek semakin
‘bundar’. Nggak suka … pacaran.
Akhwat itu paling
doyan ama yang namanya ‘kajian keislaman dan keilmuan’, atau kajian lain yang
bermanfaat bagi ummatnya. Ia selalu memenjaga diri dari pergaulan bebas, baik
yang ala VIP ataupun ala Siti Nurbaya.
Boring dong jadi
akhwat?! Nggak menghargai HAM!. Tapi …, sepertinya ada deh untuk bikin kamu
betah jadi akhwat. Yaitu, baca terus seluruh edisi RIHLAH, jangan sampe’
tersisa satu huruf pun. RIHLAH akan bikin ‘jadi akhwat’ itu asyik dan
menyenangkan. Yakinlah, It’s cool to be an akhwat. (Promosi lagi! Tapi
‘promosi’ dalam kebaikan itu wajib dan berpahala, khan?).
Begini, wanita
dalam pandangan Islam adalah makhluk yang memiliki “kekuatan” super power.
Bahwa yang menjadi tiang negara adalah wanita, itu sudah semua maklum.
Demikian halnya dengan surga yang berada di bawah telapak kaki ibu, dan ibu
adalah wanita. Walau sekarang ada ‘ibu jadi-jadian’ dari kaum adam, tapi kita
yakin, kalo Si Ember Tessy cs tak akan bisa jadi ibu beneran. Maka dari itu,
Islam sebagai agama yang perfect and universal tidak akan menyepelekan
masalah yang besar ini (baca: wanita).
Islam memberikan
aturan special bagi wanita. ‘Dirancang’ langsung oleh Allah SWT, sebagai Dzat
yang menciptakan wanita itu sendiri. Satu dari aturan itu adalah kewajiban
menutup aurat, berkerudung dan berjilbab. Sebagaimana firman-Nya:
“... dan hendaklah
mereka (wanita-wanita yang beriman) menutupkan kain kerudung (khumur)
sampai ke dada mereka.” (QS. An Nur: 31)
“Wahai Nabi,
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan seluruh
wanita-wanita mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke tubuh
mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih dikenal, sehingga mereka tidak
diganggu.” (QS. Al Ahzab: 59)
Atau dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, ketika Asma’ binti Abi Bakar
masuk ke rumah Nabi SAW dengan pakaian tipis, Rasulullah SAW memalingkan muka
seraya bersabda:
“Hai Asma’, jika
seorang wanita telah tiba masa haidnya, tidak halal baginya menampakkan
badannya kecuali ini dan ini.” Sambil beliau menujuk muka dan telapak
tangannya.
So,
muslimah tidak akan rela auratnya dilihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya.
Kalo boleh bisik-bisik massal nih, yang kita miliki ini kan untuk suami
tercinta kelak. Bukannya ngomporin cepet-cepet nikah lho. Soalnya aurat wanita
itu “berbahaya”. Lebih gawat dari virus I Love You yang bikin pemerintah AS
diperkirakan rugi 10 milyar USD. Bill Clinton pun pernah di-impeachment
gara-gara aurat wanita. Konon Imam Syafi’i pernah kehilangan separo hafalannya
karena melihat aurat wanita secara tidak sengaja.
Apalagi sekarang,
wanita gampang membuka aurat dengan alasan gerah, sungkan ama kucingnya, susah
dapat honor (eh salah, dapat pekerjaan), susah dapat jodoh, dan seribu satu
alasan yang lain. Apa nggak takut kalo sewaktu-waktu ‘Duta Besar’ Allah SWT
datang menjemput. Dia tak kenal gencatan senjata, apalagi rekonsiliasi. Kalo
udah waktunya, siapapun akan di-persananongrata-kan.
Di akhir obrolan,
kita buat kesimpulan. Pertama, seorang akhwat memiliki kedekatan dengan
Allah SWT, yang selalu berharap akan ridha-Nya dan selalu takut akan
siksa-Nya. Kedua, seorang akhwat memiliki rasa malu yang tinggi. Malu
yang dimaksudkan Islam adalah suatu perasaan rendah yang dirasakan seorang di
hadapan fitrahnya dan di hadapan Allah SWT, seketika ia condong meninggalkan
perintah-Nya. Ketiga, dunia bakalan terang dengan banyaknya akhwat yang
punya kehormatan dan jati diri. Karena dunia bakalan goncang, kalo penuh
wanita yang ‘hoby’ bikin laki-laki syahwat.
Terakhir, All
the beginings are difficult. Memulai adalah pekerjaan yang amat sulit.
Tapi tak memulai berarti tak akan pernah dapat. Kita-kita menyampaikan ini
bukan karena benci, reseh dan sok mencampuri urusan orang lain. Tapi karena
rasa sayang sama sesama, ukhti. Swear!
Wallahu
a’lambish-Showab.