MENEPIS HAWA NAFSU
Kalau kita
perhatikan kondisi akhlak dan tren saat ini, mayoritas manusia pasti
memprioritaskan pada hawa nafsunya. Tragisnya seringkali untuk menolak ajaran
agama, menjauhkan penalarannya, mendurhakai Allah dengan menepis perintah
syari’at Allah.
Orang yang
mengikuti hawa nafsu termasuk orang yang terbenam dalam kegelapan karena
dibutakan oleh hawa nafsunya untuk menjauhi kebenaran walaupun sudah ada di
depan mata. Orang yang mengikuti hawa nafsu menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhan dan sesembahannya, dan otomatis orang tersebut menjadi seorang budak
yang selalu taat walaupun dalam kesesatan.
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di
antara orang-orang yang merugi.
[Al Maidah: 30]
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [Yusuf: 53]
Andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. [Al
Mu’minun: 71]
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan)
dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. [Al Jaatsiyah: 18]
Cara menepis hawa nafsu
1.
Modal kesabaran untuk menghadapi masa yang terasa pahit. Kekuatan jiwa
yang bisa mendorongnya berani menenggak kepahitan itu karena keberanian
merupakan kesabaran sesaat, dan sebaik-baik hidup adalah yang bisa diketahui
seseorang berkat kesabarannya.
2.
Mengamati dan mempertimbangkan penderitaan yang semakin bertambah
daripada kenikmatan menuruti nafsu.
3.
Mempertahankan kedudukannya di sisi Allah dan di hati manusia. Ingin
lebih baik dam bermanfaat baginya daripada kenikmatan mengikuti nafsu lebih
mementingkan kenikmatan menjaga kehormatan daripada kenikmatan melakukan
kedurhakaan.
4. Harus
merasakan akibat hawa nafsu dengan hatinya, sehingga dia dapat memperhatikan
berapa banyak keutamaan yang hilang karena kedurhakaannya? Berapa banyak
kenikmatan yang justru menghilangkan berbagai kenikmatan? Berapa banyak sesuap
makanan dapat menghilangkan semakin banyak suap? Berapa banyak syahwat yang
menghancurkan kehormatan, menjatuhkan nama baik, mengakibatkan kehinaan dan
noda yang tidak bisa dibersihkan dengan air? Tetapi bagaimanapun juga mata
orang yang mengikuti hawa adalah buta. Memikirkan apa yang dituntut oleh
dirinya, lalu bertanya kepada akal dan agamanya agar menggambarkan bahwa apa
yang dituntut itu ternyata tidak berarti apa-apa.
5. Memandang
rendah tindakan menuruti nafsu. Siapapun yang mengikuti nafsu, maka dalam
dirinya didapatkan kehinaan. Janganlah seseorang terkecoh oleh para pengikut
nafsu dan kesombongan mereka karena mereka adalah orang-orang yang paling hina.
Mereka telah menghimpun dua perkara dalam dirinya, yaitu kesombongan dan
kehinaan.
6. Orang
yang mengikuti hawa nafsu tidak layak untuk ditaati, dijadikan imam dan
dituruti. Karena Allah menyingkirkannya dari kepemimpinan dan melarang orang
lain taat padanya.
7. Hawa
nafsu adalah pagar neraka jahannam yang mengelilinginya. Barangsiapa yang
terseret oleh hawa nafsu, berarti dia terseret ke neraka.
8. Orang
yang mengikuti hawa nafsunya dikhawatirkan bisa meninggalkan iman, sementara
dia tidak bisa merasakannya. Setiap hari nafsu dan akal bertarung dalam diri
seseorang. Mana yang tampil sebagai pemenang maka dialah yang berkuasa dan
mengusir musuhnya. Hawa nafsu adalah penyakit dan obatnya adalah menjauhinya.
9.
Orang yang membantu hawa nafsunya berarti merusak akal dan pikirannya
sendiri sebab dia mengkhianati Allah dalam pemikirannya tentang Allah.
10.
Memerangi hawa nafsu berarti mengusir penyakit dari hati dan badan.
Sedangkan mengikutinya akan mendatangkan penyakit hati dan badan. Sumber
permusuhan kejahatan dan kedengkian yang sering terjadi di antara manusia
ialah karena mengikuti hawa nafsu.
11. Setiap
manusia pasti memiliki permulaan dan penghabisan. Barangsiapa permulaannya
mengikuti hawa nafsu, maka penghabisannya adalah kehinaan, kekecewaan, dan
malapetaka.
Menentang hawa nafsu pasti akan mendatangkan kemuliaan di dunia dan akhirat,
kemuliaan lahir dan batin. Sedangkan mengikuti nafsu merendahkan dan
mnghinakan manusia secara lahir dan batin.