Halaman Depan

Agenda Remaja Masjid

Buletin Rihlah

Buletin Untaian Kata

Contact Person



KRISIS IDENTITAS

Arus kesadaran “ber-Islam” di berbagai ummat, makin lama nampak makin semarak. Di tempat-tempat yang selama ini “asing” terhadap sesuatu yang berbau Islam, kini mulai disentuh dan diwarnai rasa keagamaan. Fenomena ini tentu patut disyukuri. Namun demikian, mayoritas umat Islam nampaknya masih berada dalam kebingungan dan kelalaian. Kehidupan mereka masih jauh dari tuntunan Islam.

Hari ini masih banyak ummat Islam yang malu dengan identitas keislamannya. Hal-hal yang menjadi ciri keislaman ditinggalkan satu-persatu, karena menganggap hal itu kuno dan terbelakang. Nama-nama yang berlabel Islam diganti dengan nama-nama lain yang berasal dari Barat. Lembaga-lembaga pandidikan berciri Islam dijauhi, karena dianggap tidak berbobot. Sementara pada saat yang sama sekolah-sekolah milik non-muslim dijejali anak-anak muslim.

Bila berada di tengah-tengah orang ramai, mereka enggan mengucapkan salam kepada sesama muslim, enggan mengutip ayat Al-Qur’an dan Hadits ketika berbicara, sebaliknya merasa keren bila bisa mengucapkan sepatah dua patah kata berbahasa Inggris.

Bukan itu saja, anak-anak muslimin banyak yang lebih mangenal tokoh-tokoh khayal dari film atau komik ketimbang para shahabat-shahabat Rasulullah saw. Mereka suka dengan Sinchan, SonGokou, Kenshin, Detektif Conan dsb. Mereka sudah tidak mengenal lagi siapa Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usamah bin Zaid, Saad bin Abi Waqqash, Shalahuddin Al Ayyubi, Umar Mukhtar dsb.

Yang lebih parah adalah gejala yang mewabah pada wanita muslimah. Mereka bukan saja meninggalkan identitas kemuslimahan, tetapi juga melanggar syariat dalam berbusana dan bergaul dengan cara-cara non-muslim.

Tidak dapat dipungkiri , sebab utama munculnya berbagai gejala aneh itu adalah arus invasi pemikiran yang bagaikan air bah datang melanda ummat Islam dari Barat. Namun sebenarnya arus itu tak ada artinya seandainya saja ummat Islam memiliki keteguhan pendirian dan bertahan dengan identitas mereka. Ummat Islam sendiri memang tidak bersiap melawan invasi pemikiran tersebut sehingga dengan mudah terjerat.

Di antara sebab-sebab pokoknya ialah:

1. Jahil terhadap prinsip-prinsip Islam

Masih banyak muslim yang tidak mengerti atau tidak mau mengerti dengan prinsip-prinsip aqidah Islam. Mereka belum tuntas memahami dan menghayati makna iman yang sebenarnya. Mereka menganggap iman sekadar kepercayaan dan ucapan syahadat belaka, tanpa konsekuensi perbuatan. Padahal amal dan perilaku keseharian itulah bukti iman seseorang. Tidak beriman seseorang yang tingkah lakunya bertabrakan dengan tuntunan iman.

“Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (Al Baqarah : 13)

2. Jahil terhadap sunnatullah di alam semesta

Kebodohan dalam sunnatullah di alam semesta membuat ummat terbelakang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal kandungan Al-Qur’an amat banyak memuat sunnah kauniyah yang menjadi dasar-dasar ilmiah sains dan teknologi. Akibatnya, banyak orang Islam yang terkagum-kagum pada Barat, lantaran menganggap mereka sebagai pencipta dan penemu ilmu dan kemudian menelan bulat-bulat muatan ideologis yang disusupkan dalam saintek tersebut.

Padahal ilmu dan teknologi adalah karunia Allah swt kepada seluruh manusia.

“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur'an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara.” (Ar Rahman : 1-4)

Muslim sejati tidak menolak sains dan teknologi, tetapi menentang dengan keras nilai-nilai jahiliyah yang disisipkan di dalamnya.

3. Tidak peduli urusan ummat Islam

Mereka lebih tertarik dengan kejadian di mancanegara yang menyangkut kehidupan orang-orang sekuler, artis-artis penghibur, tokoh negarawan Barat ketimbang nasib ummat Islam di dunia. Mereka lebih tahu tentang tingkah polah Maradonna yang “porno” itu ketimbang kondisi ummat Islam di Bosnia, Kashmir, Pattani atau Moro. Padahal Rasulullah telah menyatakan :

“Dan barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, bukanlah termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Daud)

4. Kagum dengan yang berbau asing

Di antara watak bangsa terjajah adalah mengagumi penjajahnya. Maka tidak heran bila negeri-negeri kaum muslimin masih tercengang memandang kemajuan Barat (Eropa, Amerika, Jepang) yang pernah menjajah mereka dahulu. Sebenarnya, setelah penjajahan fisik usia, penjajahan secara ideologis dan peradaban masih terus berlangsung, bahkan berjalan lebih hebat lagi. Ini tak ubahnya kondisi Bani Israil yang baru lepas dari penjajahan bangsa Mesir di masa Nabi Musa as.

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)". (Al A’raaf : 138)

5. Mencintai dunia dan meninggalkan akhirat

Kelemahan iman membuat kaum muslimin terjangkit penyakit wahan (cinta dunia dan takut mati). Mereka mengejar dunia yang dimiliki orang-orang kafir dengan menanggalkan dan meninggalkan keimanan. Mereka lupa bahwa akhirat itu sebenarnya lebih kekal dan penuh keni’matan dibandingkan dunia yang merupakan ujian dan sementara ini.

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (Al Baqarah : 16-17). Wallahu A’lam Bish Showab

Dikutip dari Lembaran Dakwah Hanif