Sesungguhnya
berita yang paling benar adalah apa yang ada di kitab Allah, dan petunjuk yang
paling baik adalah apa yang dibawa oleh Muhammad SAW. Setiap bid’ah adalah
sesat dan setiap kesesatan adalah berada di neraka.
Alangkah
beruntungnya orang yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam
surga. Pada dasarnya di dalam kehidupan kita tidak luput dari perbuatan
maksiat dan berbuat kesalahan, tetapi kita sebaiknya berusaha untuk menghapus
dan menghilangkan segala perbuatan buruk yang kita lakukan dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah.
Penyesalan
terkadang menyakitkan hati ketika merasakan perpisahan dengan yang dicintainya.
Imam Nawawi berkata para ulama’ telah mengatakan bahwa taubat itu wajib
hukumnya dari setiap dosa. Jika kemaksiatan itu antara hamba dengan Allah,
tidak berhubungan dengan hak anak Adam, maka ada 3 syarat untuk bertaubat:
1.
Berhenti melakukan maksiat tersebut.
2.
Menyesal atas perbuatan dosa tersebut.
3.
Bertekad tidak mengulangi perbuatan yang
sama.
Jika
salah satu dari ketiga syarat itu tidak terpenuhi, maka tidak sah taubatnya.
Manakala kemaksiatan itu berkaitan dengan hak sesama manusia, maka syaratnya
ditambah satu yaitu harus bebas dari hak yang didzolimi. Misalnya bila hak itu
berupa harta maka harus kita kembalikan padanya. Jika berupa hudud (tuduhan),
ghibah(gunjingan) dan celaan, maka harus meminta maaf pada orang yang
kita dzolimi.
Maksiat
memiliki dampak buruk yaitu membahayakan hati dan jasmani di dunia maupun
akhirat yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. Diantaranya adalah:
1.
Terhalangnya ilmu, karena ilmu itu adalah
nur yang dilemparkan Allah ke dalam hati, sedangkan maksiat itu adalah
penghalang cahaya tersebut.
2.
Terhalangnya rezeki. Dalam musnat Akhmad
disebutkan bahwa sesungguhnya seorang hamba akan dihalangi rezkinya disebabkan
oleh dosa yang dilakukannya.
3. Kekosongan
hati (jiwa). Ahli maksiat merasakan kekosongan hati, kesenjangan antara
dirinya dengan Allah, yang mana kenikmatan dunia tidak akan bisa menutupi.
Sekalipun seluruh kenikmatan dunia sudah pernah dirasakan iapun akan tetap
merasakan kekosongan dan jauh dari ketenangan yang selama ini ia inginkan.
4. Mempersulit
urusannya. Dia tidak menghadapi suatu masalah kecuali dengan merasakan
kerepotan dan kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Sebagaimana
Allah telah memudahkan urusan orang yang bertaqwa kepadaNya.
5. Kegelapan
hati yang ia rasakan seperti gelapnya malam yang pekat ketika mengurung mereka.
Gelapnya maksiat bagi mata hati tanpa ada nur yang meneranginya.
6. Maksiat
memperpendek umur dan mencabut keberkahan hidup. Sedangkan kebaikan adalah
menambah umur dan berkahnya. Rahasianya adalah karena umur manusia itu adalah
waktu semasa hidupnya, kemudian tidak ada kehidupan baginya kecuali untuk
menghadap Tuhannya, menikmati kecintaannya kepada Allah dan dzikir kepadaNya
serta mengutamakan RidhoNya atas sesuatu yang lain.
7. Sesungguhnya
maksiat itu menyebabkan kehinaan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Imam Hasan
Basri berkata mereka meremehkan Allah, maka mereka mendurhakainya. Seandainya
mereka mengagungkan Allah tentu Allah akan melindungi mereka. Jika seorang
hamba sudah dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang akan menghormatinya.
8. Seorang
hamba akan terus melakukan dosa sehingga dosa itu menjadi kecil menurut
pandangannya, dan ini adalah tanda kebinasaan karena dosa itu dianggap semakin
kecil oleh manusia, maka menjadi semakin besar di sisi Allah.
9. Sesungguhnya
maksiat itu merusak akal sehat.
10. Terhalangnya
doa nabi dan para malaikat, karena Allah menyuruh nabi-nabiNya untuk mendoakan
dan meminta ampunan untuk orang-orang mukmin dan mukminat.
11. Dosa-dosa
itu membuat pelakunya tidak hormat dan mengurangi pengagungannya terhadap
Allah. Diantara hukumannya adalah Allah akan mencabut rasa wibawanya dari
setiap orang, sehingga ia menjadi dihina dan tidak berharga, sebagaimana ia
menghina dan tidak menghargai perintah-perintah Allah.
Wallahua’lam bishowab.
Dirangkum dari buku
50 cara menepis hawa nafsu