Anak shaleh adalah kekayaan yang sangat mahal. Mungkin karena mahalnya
sehingga data yang mengungkapnya dan begitu sulit untuk terungkapkan. Anak
shaleh nampaknya seperti misteri, keberadaannya ada tetapi mereka seperti
sesuatu yang tidak ada.
Hal ini
disebabkan lebih banyak terdengar dan yang menghiasi lembaran informasi dunia
justru aktivitas anak-anak nakal. Sering kali mengatas namakan sebagai ABG
atau remaja, mereka bukan anak shaleh tetapi ‘anak salah’ yang kian hari
mengkhawatirkan. Terlepas dari kesalahan orang tua ataupun kesalahan anak
sendiri, pemberitaan tentang anak-anak salah ini selayaknya telah cukup
menyadarkan kita semua, bahwa memang sudah perlu adanya tindakan besar-besaran
di kalangan orang tua dan para pendidik. Bagaimanapun mereka adalah calon
orang tua masa mendatang. Bagaimanakah nasib masyarakat bila nantinya lebih di
dominasi oleh orang-orang yang tak kenal aturan?.
Kita juga bisa
membayangkan, betapa bahagianya orang tua yang memiliki anak-anak yang baik,
penurut dan mau mendengarkan nasihat. Yang menurut agama yaitu qurrata
a’yun (menyenangkan hati)
BERPIKIR JERNIH
Anak-anak shaleh tetap berpikir jernih di saat yang lain dipenuhi pemikiran
yang tidak islami. Kejernihan pikiran kerena adanya filter dalam diri. Mereka
menempa dirinya dengan bentangan samudra luas al-quran dan kandungan wahyu di
dalamnya menjadi nafasnya. Mereka menyelami kedalam wahyu itu dengan dengan
rasa halus, dan dengan rasa itu pula mereka melaksanakan nasihat-nasihat
illahi tersebut.
Yang membuat sepi hatinya adalah
ketika mereka merasakan mulai ada jarak dengan al-quran. Makin jauh jarak itu
akan dirasakan sebagai sesuatu yang kering dan menyakitkan. Mereka menangis
dan menjerit terdorong oleh adanya rasa kehilangan dalam dirinya, rasa sesal
terlepas dari ikatan ruhaniahnya.
BERHATI BERSIH
Ketika
sebagian manusia sedang asik berhamburan dalam dunia kemaksiaatan, anak-anak
shaleh berusaha untuk menjauhi dan menghindar dari kemaksiaatan yang ada di
sekeliling mereka.
Pikirannya menjangkau dunia dan
mengetahui apa yang terjadi di kanan kirinya, tapi mereka tidak larut dalam
kehidupan dunia yang penuh tipu daya ini. Tidak terjebak pada
permainan-permainan yang merusak dan membuatnya jatuh tergelincir.
Mereka memahami dengan benar apa
yang disampaikan oleh Allah. Ayat-ayat yang telah diturunkan sebagai kebenaran,
mereka meyakini bahwasannya kebenaran-kebenaran itu mestinya ditegakkan. Ayat
berikut ini menjadi taddabur untuk selalu dapat berhati-hati dalam hidupnya;”Dan
berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagian
air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi kering yang
diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(QS.
Al Khafi:45).
Mereka dikaruniai akhlak yang
tinggi oleh Allah dengan perangkat kemampuan untuk selalu mengingatkan menusia
kepada akhirat; “sesungguhnya Kami telah mencucikan mereka (dengan
menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia)
kepada negeri akhirat”. (QS.Shaad:46)
Mereka
menyadari dengan sepenuh hati, bahwa segala tingkah laku ada pertanggung
jawabannya. Dan pertanggung jawaban yang tidak dapat dimanipulasi adalah
pengadilan Allah kelak.
BERTINDAK
ASIH
Karena
kegemarannya kepada kebaikan ia sangat senang melakukan amalan-amalan yang
mengundang kesejukan. Kepada teman, sahabat dan lingkungan yang ditonjolkan
bukanlah perasaan arogan tetapi sifat asih, kasih sayang dan penyantunnya.
Sifat-sifat itulah yang menghiasi dirinya. Tingkah lakunya bukan didasrkan
kepada hawa nafsu tetapi berlandaskan syariat islam secara khaffah. Sikap
tersebut bukan untuk mencari pujian tetapi semata-mata untuk mencari ridho
Allah swt dan menegakkan kalimattullah. Karena tingkah lakunya yang serba asih
ini, masyarakat merasakan benar kesejukan keberadaannya.
ORANG PILIHAN
Anak shaleh adalah orang-orang
pilihan. Seperti yang termaktub dalam Al-quran; “Dan sesungguhnya mereka
pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik”.
(QS. Shaad : 47)
Disebut orang pilihan karena telah
lulus dalam berbagai tipu daya yang telah dibuat oleh nafsu dan syetan.
Mereka mampu melewati berbagai ujian yang berkelok dan rumit. Hasil ujian
tersebut menghasilkan dan menumbuhkan sifat-sifat mulia yang merupakan
syarat-syarat kekhalifahan berupa akhlaqul karimah, aqidah yang tertanam baik
dan kokoh, sifat kasihsayang yang menonjol, dan budi pekerti yang mulia.
Keberadaan mereka semacam ‘jaminan’ bahwa saat kiamat masih jauh.
Dunia yang dipimpin oleh orang yang
nakal adalah dunia yang rusak. Dunia yang dikendalikan oleh orang-orang yang
memperturutkan hawa nafsunya adalah dunia yang kacau balau, dunia yang tidak
pernah tenang oleh hingar-bingar dan permusuhan.
Karena rindunya terhadap
orang-orang yang shaleh ini, yang mulia nabiyullah Yusuf as, di puncak
kekuasaannya sebagai perdana menteri Mesir memohon kehadirat Allah, kiranya
untuk digabungkan ke dalam kelompok hamba-hamba yang shaleh; YaTuhanku,
sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah
mengajarkan kepadaku sebagian ta’bir mimpi. (ya Tuhan)Pencipta langit dan bumi,
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan
Islam dan gabungkanlah aku kedalam (kelompok) orang-orang yang shaleh.” (QS.
Yusuf : 101)
Anak-anak yang shaleh adalah
kekayaan yang mahal. Merekalah bakal-bakal manusia shaleh setelah dewasa.
Semoga sikap tawadu’ ikhlas dan istiqomah kita dalam beribadah mengantar kita
menuju predikat ‘ibadihish-shalihin, hamba-hamba-Nya yang shaleh.
Wallahu A’lam bish-Showab
Disalin
dari Lembar Jum’at AL-QALAM
No.21/VII
13 Rabi’ul Awwal 1408 / 18 Juli 1997